Statistik Bunuh Diri
Di bawah ini berisi informasi seputar bunuh diri di Indonesia, termasuk metode bunuh diri. Membaca tentang bunuh diri dapat menimbulkan perasaan negatif. Jika anda ada perasaan negatif, pastikan untuk berhenti sejenak, dan mencari bantuan jika diperlukan.
​
​
Data ataupun grafik tersebut tidak diizinkan untuk dishare tanpa izin tertulis dari INASP. Untuk mensitasi data tersebut, mohon menggunakan kedua sitasi dibawah:
-
Onie, S. et al. (under review). Indonesian National Suicide Prevention Strategy 2022: A Preliminary Report. https://doi.org/10.31234/osf.io/xhqgm
-
Onie, S., Daswin, A.V., et al. (in prep). Suicide in Indonesia in 2022: Underreporting, Provincial Rates, and Means. DOI: psyarxiv.com/amnhw
​
Jumlah Kasus Bunuh Diri Resmi 2020: 670
Tingkat Underreporting Bunuh Diri di Indonesia: minimal 303% (Rata-rata dunia yang dilaporkan adalah 0 – 50%)
Kematian bunuh diri yang disesuaikan 2020: minimal 2700
​
Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi underreporting kematian akibat bunuh diri:
-
Karena stigma dan potensi dampak sosial, keluarga mungkin tidak melaporkan jika orang yang dicintainya telah bunuh diri
-
Atas permintaan keluarga, dokter atau polisi mungkin tidak melaporkan jika bunuh diri telah terjadi
-
Indonesia belum memiliki registrasi kematian yang melaporkan data akurat, sehingga data mungkin tidak terrekam
Percobaan Bunuh Diri 2018: 6000
Upaya bunuh diri yang tidak dilaporkan: 4 - 12: 1
Rasio upaya dan kematian: 8 - 24: 1
Percobaan Bunuh Diri yang Disesuaikan: 24300 - 72000
Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi rendahnya pelaporan kematian akibat bunuh diri:
-
Selain hal di atas, karena bunuh diri tidak ditanggung oleh BPJS (layanan kesehatan universal), untuk membantu pasien menerima layanan kesehatan universal, dokter dapat mengubah diagnosis untuk menghilangkan jejak bunuh diri.
-
Jika cara-cara yang digunakan tidak mematikan dan rawat inap tidak diperlukan, maka upaya bunuh diri mungkin tidak dicatat​
-
Pusat layanan kesehatan atau rumah sakit tertentu mungkin tidak mencatat percobaan bunuh diri
Provinsi dengan tingkat bunuh diri tertinggi: Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Maluku Utara, dan Kepulauan Riau
​
Provinsi dengan tingkat percobaan bunuh diri tertinggi: Sulawesi Barat, Gorontalo, Bengkulu, Sulawesi Utara, diikuti oleh Kepulauan Riau.
​
Temuan ini menunjukkan bahwa kita membutuhkan pendekatan spesifik provinsi, karena provinsi-provinsi ini berbeda dalam hampir semua hal, termasuk agama utama, industri, geografi, dan kelompok etnis. Oleh karena itu, pencegahan bunuh diri harus dilakukan di tingkat provinsi untuk efektivitas maksimum.
​
Empat metode yang paling sering digunakan di Indonesia adalah:
1. Gantung Diri
2. Meracuni Diri Sendiri
3. Melompat dari Ketinggian
4. Benda Tajam
Temuan-temuan ini konsisten dengan negara agraris yang terletak di iklim tropis. Perlu dicatat bahwa mungkin ada underreporting kasus bunuh diri yang menggunakan cara lain selain gantung diri karena jauh lebih mudah disamarkan sebagai kematian non-bunuh diri.
Faktor utama:
1. Keluarga
2. Agama
3. Akses ke perawatan psikologis ​
Penelitian kami menunjukkan bahwa keluarga memainkan faktor kunci untuk bunuh diri di Indonesia, di mana banyak individu terdorong untuk bunuh diri karena konflik dengan keluarga, tetapi sering kali tidak mencoba bunuh diri karena juga memikirkan keluarga. Agama juga dapat mencegah seseorang untuk mencoba bunuh diri, tetapi karena takut akan stigma, juga dapat mencegah seseorang untuk mencari bantuan. Faktor lain termasuk akses ke perawatan psikologis, di mana hanya ada kurang dari 5.000 psikolog dan psikiater untuk seluruh populasi, dengan lebih sedikit lagi yang terlatih dalam pencegahan bunuh diri praktis.
Salah satu temuan utama adalah bahwa bunuh diri adalah hal yang aib bagi negara ini, yang membuat orang menstigmatisasi orang-orang dengan pikiran untuk bunuh diri atau yang telah mencoba bunuh diri. Tabu ini juga menyebabkan orang menghindari topik tersebut.
Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah de-stigmatisasi agama dan demoralisasi bunuh diri. Bukti sebelumnya menunjukkan bahwa di Indonesia, perspektif agama diperlukan untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan, misalnya, kampanye vaksinasi yang telah berhasil mengandalkan argumen agama. Oleh karena itu, pencegahan bunuh diri di Indonesia harus menyertakan argumen agama, terutama di daerah yang sangat religius.
Metode dan Sumber Data
Data ini dihitung dari berbagai sumber termasuk data kepolisian RI, data Potensi Desa, data Sample Registration Sytem maupun data Kependudukan dan Catatan Sipil. Underreporting dihitung dengan menggunakan studi tipe registri yang membandingkan statistik kepolisian dengan studi sistem registri sampel yang dilakukan di Indonesia.